Tuesday, October 29, 2013

Membuka Catatan Sejarah : Detik-Detik Proklamasi, 17 Agustus 1945


Proklamasi kemerdekaan, yang kita peringati setiap tanggal 17 agustus, adalah sebuah peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia. Proklamasi, telah mengubah perjalanan sejarah, membangkitkan rakyat dalam semangat kebebasan. Merdeka dari segala bentuk penjajahan.
Bagaimanakah sesungguhnya, peristiwa yang terjadi 61 tahun yang lalu itu. Mari kita buka kembali catatan sejarah sekitar proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945. Perdebatan proklamasi, ternyata didahului oleh perdebatan hebat antara golongan pemuda dengan golongan tua. Baik golongan tua maupun muda, sesungguhnya sama-sama 

menginginkan seecepatnya dilakukan proklamasi kemerdekaan dalam suasana kekosonga kekuasaan dari tangan pemerintah Jepang. Hanya saja, mengenai cara melaksanakan proklamasi itu terdapat perbedaan pendapat. Golongan tua, sesuai dengan perhitungan politiknya, berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan darah, jika tetap bekerja sama dengan Jepang.

Karena itu, untuk memproklamasikan kemerdekaan, diperlukan suatu revolusi yang terorganisir. Soekarno dan Hatta , dua tokoh golongan tua , bermaksud membicarakan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan dalam rapat panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dengan cara itu , pelaksanaan sproklamasi kemerdekaan tidak menyimpang dari ketentuan pemerintah jepang. Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan pemuda. Mereka menganggap bahwa PPKI adalah badan pembuatan Jepang. Sebaliknya golongan pemuda meghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan itu , dengan kekuatan sendiri. Lepas sama sekali dari campur tangan pemerintahan Jepang. 
Perbedaan pendapat ini, mengakibatkan penekanan penekanan golongan pemuda pada golongan tua yang mendorong mereka melakukan penculikan terhadap diri soekarno Hatta. 
Tanggal 15 Agustus 1945, kira kira pukul 22.00 , dijalan pegangsaan timur nomor 56 Jakarta , tempat kediaman bung karno , berlangsung perdebatan serius antara sekelompok pemuda dengan bung karno mengenai proklamasi kemerdekaan sebagai mana dilukiskan Lasmidjan Hardi (1984:58); Ahmad Soebardjo (1978:85-87) sebagai berikut: 
“Sekarang Bung, Sekarang! Malam ini juga kita kobarkan revolusi” Kata Chairul Shaleh dengan meyakinkan bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara jepang. “Kita harus segara merebut kekuasaan” Tukas sikarni berapi-api. Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami. Seru mereka bersahutan. Mikana malah berani mengancam soekarno dengan pernyataan “jika bung karno tidak mengeluarkan pengumuman pada mala mini juga, akan berakibat terjadinya pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari”

Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, soekarno naik darah dan berdiri menuju Mikana Sambil berkata “Ini batang leherku, Seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga. Kamu tidak usah menunggu esok hari” hatta kemudian memperingatkan Mikana “Jepang adalah masa silam, kita sekarang harus menghadapi belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika kita saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan  mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan , mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri? Mengapa meminta soekarno untuk melakukan hal itu?”